Pengendalian Hama Tikus Pada Tanaman padi
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi
lingkungan bertujuan untuk menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak
menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangbiakan tikus. Kegiatan
sanitasi dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari
pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi dengan
tujuan agar tikus tidak bersarang di tempat tersebut.
2. Kultur Teknis
Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan tikus sawah.
Pengaturan jarak tanam
lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan untuk
membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai tikus.
3. Pengendalian Secara Fisik
Tujuan
pengendalian dengan cara ini adalah mengubah faktor lingkungan fisik
menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Tikus mempunyai batas
toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, dan
suara. Beberapa cara pengendalian dengan menggunakan alat penyembur api
(brender) yang disemprotkan kesarang tikus, memompa air kedalam sarang
tikus, mengusir tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping),
Gropyokan massal (community actions), Sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), dan Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS dan TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
4. Pemanfaatan Musuh Alami
Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia dan reptilia. Pemangsa dari kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula malaccensis (musang bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing) dan Canis familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), dan Phyton reticulatus (ular sanca).
Pemangsa
terbaik tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai
laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam
jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari
mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun
demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah
perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan pada daerah sawah
irigasi yang luas dan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di
daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu untuk memberikan
lingkungan yang cocok dan melindungi predator tikus. Pada tubuh tikus
sawah terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus
menggunakan patogen seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.
5. Pengendalian Kimiawi
Rodentisida.
Rodentisida yang dipasarkan pada umumnya dalam bentuk siap pakai, atau
mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi
racun akut dan antikoagulan. Racun akut dapat membunuh tikus langsung
ditempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan tikus jera.
Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan tikus mati setelah
lima hari memakan umpan dengan dosis cukup sehingga tidak menyebabkan
jera umpan. Namun demikian jenis rodentisida antikoaglan mempunyai efek
sekunder negatif terhadap predator tikus.
Fumigasi.
Adalah teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini
merupakan teknik efektif dengan membunuh tikus di dalam sarang.
6. Antifertilitas
Adalah
cara pemandulan tikus baik untuk tikus jantan maupun tikus betina. Cara
ini lebih efektif karena tikus sawah berkembangbiak sangat cepat.
Beberapa jenis bahan kimia yang digunakan untuk pemandulan manusia juga
dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.
Tag :
Pertanian
0 Komentar untuk "Pengendalian hama tikus pada tanaman padi"