Tindakan Pemerintah Dalam Menangani Kasus Bunuh Diri


Tindakan Pemerintah Jepang dalam Menangani Kasus Bunuh Diri di Jepang 

Kasus bunuh diri dan depresi yang dihadapi oleh masyarakat Jepang mengakibatkan kondisi ekonomi Jepang tahun 2007 menurun hampir 2,7 triliun yen atau sekitar Rp288,4 triliun. Penurunan ini merujuk pada hilangnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya biaya perawatan atas depresi yang dialami. Menurut studi pemerintah, masyarakat yang bunuh diri umumnya berusia antara 15 tahun hingga 69 tahun. Mereka sebenarnya masih dalam kelompok usia produktif dan bisa mendatangkan pendapatan sekitar 1,9 triliun yen hingga mereka mencapai usia pensiun. Selain itu, Pemerintah Jepang mengatakan bunuh diri dan depresi membuat negara Jepang menghabiskan hampir US$32 miliar atau sekitar Rp28,8 triliun sepanjang tahun 2007 hingga saat ini untuk membuat solusi-solusi guna menekan angka bunuh diri di Jepang. 

Pemerintah Jepang juga melihat beberapa modus yang dilakukan masyarakat Jepang dalam melakukan tindakan bunuh diri. Melalui modus tersebut, pemerintah membuat tindakan-tindakn preventif. Modus bunuh diri di Jepang juga bermacam-macam. Bunuh diri dengan menusukkan sejenis pedang ke perut atau sering disebut harakiri sering dilakukan oleh orang Jepang pada zaman dulu, namun pada saat ini harakiri sudah jarang dilakukan di Jepang. Pada saat ini, di Jepang modus bunuh diri yang sering dilakukan adalah terjun dari gedung tinggi, menabrakkan diri ke kereta yang berjalan, menembak diri, dan meminum sejenis racun. Melihat modus tersebut, pemerintah Jepang melakukan tindakan nyata dengan memasang di detektor pencegah bunuh diri di tempat-tempat yang sering digunakan untuk bunuh diri seperti stasiun kereta dan gedung-gedung tinggi. Detektor pencegah bunuh diri ini akan berbunyi apabila ada orang yang mencurigakan dan langsung terhubung ke petugas penyelamat khusus. 

Pemerintah Jepang juga melakukan tindakan pencegahan bunuh diri yang dilakukan oleh para salary man. Pemerintah melakukan tindakan seperti menyediakan nomor telepon darurat untuk dapat menerima keluh-kesah para salary man, buku petunjuk untuk mengurangi stress yang dibagikan kepada masyarakat Jepang terutama yang bekerja dalam suatu organisasi, hingga membuat undang-undang yang memberikan sejumlah uang atau asuransi ke para janda dan anak-anak yang ditinggal mati karena karoshi. Selain itu, pemerintah juga akan menugaskan sejumlah penasehat di pusat informasi tenaga kerja di seluruh Jepang, agar dapat memberi bantuan kepada masyarakat Jepang yang dilanda masalah hutang berkepanjangan atau untuk masyarakat yang telah kehilangan pekerjaan sehingga tidak memiliki pendapatan tetap. 

Pada tahun 2010, Pemerintah Jepang meluncurkan kampanye Anti Bunuh Diri, sebagai upaya untuk menekan tingginya jumlah kasus bunuh diri di Jepang. Kampanye yang dilakukan pemerintah mencakup penggunaaan media internet dan papan reklame untuk menghimbau masyarakat agar lebih peka terhadap tanda-tanda perilaku yang tidak normal yang dilakukan oleh orang di sekitarnya. Selain itu, pemerintah juga menanyangkan video klip dari seorang pemain sepakbola Liga Jepang untuk mengangkat kesadaran akan masalah bunuh diri dan depresi dalam situs internet. Segara upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang guna menengani masalah bunuh diri ini merupakan bentuk pengelolaan stres secara organisasional. Pemerintah selaku pengambil keputusan melakukan wewenangnya dalam pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan masalah ini. Saluran telpon yang disediakan pemerintah guna menangani keluh kesah salary man merupakan suatu bentuk pengelolaan organisasional dengan cara membangun komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat. Selain itu, bantuan pemerintah Jepang bentuk asuransi dan dana yang disediakan untuk mereka yang kehilangan pekerjaan dan terlilit utang merupakan bentuk dari program kesejahteraan yang dapat diketegorikan sebagai tindakan pengelolaan stres organisasional.
Tag : Psikologis
0 Komentar untuk "Tindakan Pemerintah Dalam Menangani Kasus Bunuh Diri"

Back To Top