Pembahasan Kriya Batik

 KRIYA BATIK

Kita telah mengenal seni rupa terapan daerah di kelas VII, meliputi seni kriya dan desain. Seni rupa terapan Nusantara ini merupakan seni rupa terapan yang mencerminkan niai-nilai budaya nusantara dari berbagai daerah. Seni ini bisa dikatakan gabungan dari aneka ragam seni daerah, yang dipadukan sehingga terliat berciri etnik. Bisa juga, merupakan salah satu seni daerah dengan ciri khas budaya yang hanya ada di Indonesia. Salah satu seni rupa terapan yang memenuhi hal ini adalah seni tekstil kas Indonesia yang disebut batik.

Pengertian Batik

Batik adalah gambar/lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (napthol), menggunakan alat yang dinamakan canting dan atau kuas serta teknik tutup-celup. Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan yang ekspresif. Menggambar atau melukis dengan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas disebut membatik.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk mempercepat proses membatik digunakan cap. Itulah sebabnya, karya batik dengan canting dan cap dikenal dengan istilah batik tulis dan cap. Tetapi dalam hal mutu, karya batik yang dikerjakan dengan cap kurang unggul dibandingkan dengan mutu karya batik yang dikerjakan dengan canting. Selain itu, ada juga kain yang diberi gambar motif batik yang pengerjaannya lebih modern dengan teknik printing. Kain seperti ini bukan kain batik, melainkan kain bermotif batik. Jika peralatan dan proses pengerjaan batik dimodernisasi, kita tidak lagi dapat menyebutnya sebagai membatik. Jika demikian yang ada hanyalah motif batik.

Batik memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi praktis dan estetis. Secara praktis, kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja, sarung bantal, dan sebagainya. Secara estetis, batik lukis bisa dibingkai dan dijadikan penghias ruangan.

 Desain Ragam Hias Untuk Pola Batik

Ragam hias dalam seni rupa bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Sebagai contoh, ragam hias burung dalam nekara perunggu mempunyai symbol arwah nenek moyang. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, yang meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan, dan lainnya serta hasil kreasi manusia. Jadi, ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

Ragam hias dapat dibedakan menjadi tiga motif, yaitu motif geometris, motif non geometris, dan motif benda mati. Motif geometris antara lain berupa : pilin ganda, tumpal, meander, swastika, dan kawung. Motif non geometris berupa : manusia, binatang, dan tumbuhan. Motif benda mati berupa : air, api, awan, batu, gunung , matahari.

Media Berkarya Batik

1. Bahan

Bahan untuk berkarya batik terdiri dari kain mori/sutera, lilin, dan zat pewarna. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas kain mori bermacam-macam jenisnya dan sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain kain mori, kain sutera dapat juga digunakan sebagai bahan baku batik, tapi harganya sangat mahal. 

Kebutuhan akan kain sangat ditentukan oleh fungsinya. Misalnya, membuat sapu tangan cukup membutuhkan kain ukuran 40 x 40 cm, taplak meja membutuhkan kain ukuran sekitar 100 x 100 cm, kain jarik membutuhkan kain ukuran sekitar 100 x 250 cm, penutup tempat tidur membutuhkan kain sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. 

Lilin adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Lilin yang digunakan untuk membatik bermacam-macam kualitasnya. Kualitas lilin itu berpengaruh terhadap daya serap warna kain batik. Berikut ini merupakan jenis-jenis lilin untuk membatik :

· Lilin putih berasal dari minyak latung buatan pabrik

· Lilin kuning, berasal dari minyak latung buatan pabrik

· Lilim hitam, berasal dari minyak latung buatan pabrik

· Lilin tawon berasal dari sarang lebah

· Lilin klanceng, berasal dari sarang lebah klanceng

· Gandarukem dan keplak sebagai bahan campuran lilin.

Zat pewarna untuk membuat batik dapat diperoleh dari alam dan buatan pabrik. Untuk batik klasik, zat pewarna diperoleh dari alam, misalnya warna hijau dibuat dari daun jarak kepyar, warna merah dibuat dari daun jati muda, dan warna kuning dibuat dari rimpang kunyit yang dicampur dengan kapur sirih. Batik tradisional dan modern sudah menggunakan zat pewarna buatan pabrik, yaitu napthol dan garam. Wujunya berupa serbuk, dan dapat dilarutkan dengan air dingin. Untuk aturan penggunaan napthol dan garam disesuaikan dengan kebutuhan . untuk memperoleh napthol dan garam dapat dibeli ditoko kimia atau sablon.

Untuk membuat ramuan pewarna batik siapkan napthol dan garam pada dua wadah dengan komposisi sebagai berikut:

· Napthol 2gr + soda api 1 gr + TRO 1 gr + 1 liter air panas

· Garam 6 gr + 1 liter air dingin

Ada beberapa jnis napthol yang namanya berupa singkatan. Yaitu : AS-G, AS. AS-D AS-OL, AS-BO, AS-BS. AS-BG AS-GR, AS-BR, AS-LB. Garam pewarna juga ada bermacam-macam. Yaitu yellow GC, orange GC, scarlet GC, scarlet R, red 3GL, red B, bourdeaux GP, violet B, blue BB. Blue B, black B.

Paduan napthol dan garam yang berbeda akan menciptakan hasil akhir warna yang berbeda pula. AS-G neghasilkan warna muda. Seterusnya warna semakin tua sampai AS- LB yang menghasilkan warna paling tua (mulai dari kuning - jingga – merah – coklat).

Alat

Peralatan untuk membatik sejak dahulu tidak banyak mengalami perubahan. Peralatan membatik dan cara mengerjakannya tidak dapat dimodernisasi karena akan menghilangkan arti batik. Hal yang perlu dimodernisasi adalah kualitas produk dan kualitas peralatan. Adapun peralatan membatik standart adalah canting, kuas, wajan, kompor, gawangan, sarung tangan, dandang besar dan setrika.

Canting adalah alat pokok membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan disebut batik atau bukan batik. Canting berfungsi untuk menulis atau melukiskan cairan lilin pada kain, membuat motif-motif batik yang diinginkan. Alat ini terbuat dari bahan tembaga yang dipadukan dengan bamboo sebagai tangkainya. Canting terdiri dari tangkai yang terbua dari bambu, badan canting yang berfungsi untuk mengambil dan menampung cairan lilin dari wajan, dan carat pipa kecil melengkung untuk jalan keluar cairan lilin.

Menurut fungsinya , canting dapat dibedakan menjadi dua, yaitu canting reng-rengan (batikan pertama kali sesuai dengan polanya), dan canting isen (mengisi bidang batik). Menurut besar kecilnya, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : canting kecil, sedan dan canting besar. Menurut banyaknya carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : canting cecekan, canting loron, dan canting talon (bercarat tiga),

Kuas untuk membatik hendaknya tahan panas, fungsi kuas untuk menutup bidang yang luas, sehingga cepat selesai.

Wajan adalah peralatan yang terbuat dari logam baja yang berguna untuk mencairkan lilin untuk membatik. Ukuran wajan untuk membatik biasanya kecil. Wajan yang baik hendaknya memiliki tangkai, sehingga mudah untuk diangkat dan diturunkan dari kompor.

Kompor untuk membatik beruuran kecil. Gunanya untuk memanaskan wajan, sehingga lilinnya cepat mencair.

Gawangan adalah peralatan yang berguna untuk membentangkan kain yang dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bamboo. Gawangan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipindahkan., tetapi harus kuat dan ringan.

Sarung tangan gunanya untuk melindungi tangan agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan.

Dandang besar berguna untuk pelarutan lilin yang melekat pada kain dengan merendam dan mendidihkan air serta diberi soda abu.

Setrika berguna untuk menghilangkan lilin pada kain. Dengan panas dari setrika, lilin akan berpindah ke kertas Koran.

Teknik Membatik

Teknik membatik pada umumnya adalah tutup-celup. Kain ditutup dengan lilin, kemudian dicelup pada zat pewarna. Untuk variasi teknik dapat juga menggunakan cara ikat celup, yaitu kain diikat dengan tali, kemudian dicelup dengan zat pewarna.

 Langkah-Langkah Membatik 

1. Desain

Desain adalah menggambar pola hias pada kertas gambar. Setelah itu gambar pola hias dipindahkan ke kain menggunakan pensil gambar.

2. Persiapan

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari, lilin, pewarna, serta alat berupa canting, kuas wajan dan kompor atau anglo. Pertama kali kompor dinyalakan, kemudian wajan diletakkan diatas kompor, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan. Tunggu hingga lilin mencair atau meleleh.

3. Proses

a. Lilin yang sudah mencair diambil dengan canting.

b. Menuangkan lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis gambar. Kalau perlu, ditiup agar lilin tidak menyumbat.

c. Kain diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, tekstur) dengan lilin.

d. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam.

e. Kain dicelup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna pertama.

f. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian kemudian dicelupkan lagi pada larutan garam.

g. Kain dituup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua.

h. Kain dicelupkan oada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam.

i. Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna ke tiga.

j. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning, jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu warna saja, cukup dicelup sekali saja.

k. Kain dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk melarutkan lilin.

l. Menghilangkan lilin yang melekat pada kain dengan setrika yang beralaskan kertas Koran.

4. Pekerjaan akhir

Pekerjaan akhir membatik terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :

a. Mengeringkan kain batik yang masih basah ditempat yang teduh. Gunanya agar batik menjadi lebih ‘keluar’,

b. Membingkai batik lukis pada kayu spanram. Ini dilakukan bila kain batik hendak dijadikan hiasan dinding.

Melipat dan menyimpan kain batik tulis pada tampatnya. Akan lebih baik lagi bila kain batik itu disimpan dengan cara menyampirkannya ke sebilah kayu sehingga tidak cepat rusak akibat terlipat-lipat.
Tag : Seni
0 Komentar untuk "Pembahasan Kriya Batik"

Back To Top