Alasan ayam kampung tidak laku di pasaran

Alasan Ayam Kampung Tidak Laku Di Pasaran

on Saturday, March 2, 2013
Tujuan :

Tips perbaikan manajemen penjualan serta riset pasar akan ternak ayam kampung

Ternakayamkampung.com - Sahabat sebenarnya bukan alasan ayam kampungnya yang tidak laku di pasaran melainkan hasil panen tidak sesuai harapan. Ini terjadi pada pelaku usaha baru atau belajar ternak ayam kampung pemula seperti kami. Panen diharapkan berjalan lancar sesuai waktu namun tidak tercapai pada saat panen belum mendapati kesesuaian harga. Baik itu kesepakatan harga maupun siapa pembelinya. Untuk mengatasi atau sekedar renungan kami ingin mengulas alasan ayam kampung tidak laku di pasaran tersebut.

Alur atau Cara Ternak Tidak Baik

Artinya setiap proses produksi hingga pemasaran menentukan kelangsungan usaha ternak ayam kampung ini. Mengingat usaha ayam adalah proyek jangka menengah yaitu minimal 3 bulan untuk pedaging dan 6 bulan untuk petelur. Jadi pastikan anda menerapkan tata cara ternak bukan hanya tata cara pemeliharaan saja. Artinya terapkan cara manajemen terbaik mulai dari sebelum ternak, pengadaan DOC hingga panen serta evaluasi kapan hasil panen. Jika semua berjalan bersama-sama secara berkesinambungan maka dengan peribahasa "sambil menyelam minum air" maka budidaya ayam akan berjalan cepat, efektif, kontinyu dan berjalan terus menerus. Silahkan baca cara ternak ayam kampung asli mulai dari awal hingga akhir untuk alur ternak terbaik.

Hasil Produk Kurang Optimal

Ada beberapa alasan hasil produk belum optimal yaitu :
1. Ayam kurus
Alasannya adalah manajemen ternak tidak dilakukan dengan baik terutama pakan dengan alasan tidak ingin pengeluaran tinggi. Pemilihan bibit tidak seragam, serta kesalahan pemberian pakan. Coba-coba juga akan mengakibatkan ayam tidak optimal. Akibatnya para pembeli seperti pembeli tidak menghargai ayam dengan harga layak.
2. Ayam sakit
Alasan ayam sakit juga menentukan tidak lakunya produk ternak kita. Jikalaupun laku maka akan dihargai murah. Jadi pastikan kondisi baik sebelum diserahkan ke pembeli dengan cara pensortiran. Ayam 99% sehat sementara terdapat 1 ayam sakit dapat menurunkan harga semua hasil panen.
3. Jumlah sedikit
Jumlah menentukan harga dan untungnya panen. Jika kita menjual dengan jumlah tidak mencapai 50 ekor sekali panen maka akibatnya hanya sebatas penambahan pengepul. Dengan begitu kita dipermainkan pengepul. Pastikan jumlah memadai untuk panen serta dengan tujuan angka keungtungan lebih besar.
4. Tidak di Sortir
Seperti ulasan di atas bahwa setiap peternakan tidak menjamin 100% semua ternaknya bagus. Dengan genetik beraneka ragam dari nenek moyang ayam kampung itu sendiri. Bayangkan saja bila ayam broiler dengan ras tertentu saja bisa beraneka ragam kualitas apa lagi ayam kampung dengan berbagai keunggulan juga. Pensortiran harus dilakukan agar terciptanya produk terbaik dan unggul hasil seleksi ini.
5. Produk Baru
Banyak orang tidak mengerti, tidak yakin, atau bahkan bingung dengan jenis-jenis ayam terutama ayam jawa saja. Misalkan ayam kedu, atau ayam sentul dan lain sebagainya. Dengan alasan bahwa orang akan beranggapan jika tidak melihat langsung akan berbeda tafsir. Belum lagi jenis ayam kampung juga beragam dengan berbagai minat pembeli jenis tertentu atau menyukai jenis tertentu. Tentu dengan produk baru kita akan sulit juga pemasaran jika tidak dapat meyakinkan pembeli. Produk baru dalam poin ini berarti belum banyak orang berternak ayam kampung sehingga banyak pelaku bisnis distributor ayam tidak begitu minat dengan ayam kampung dan kalah pamor atau populer dengan ayam broiler. Namun itu semua terhapus dengan semakin besarnya minat peternak dan pembeli yang menghubungi kami lewat kontak serta semakin banyak penjualan online. Jadi kami tidak lagi mengatakan bahwa ayam kampung bukan produk baru melainkan populer dan kami yakin mampu menggeser popularitas ayam broiler di masa mendatang.

Kurangnya Riset Pasar

Saat kami membuka blog ini dan hingga sekarang masih saja ada keluhan tentang pemasaran hasil ternak. Ini menandakan peternak tidak memiliki riset pasar cukup serta bertahap. Akibatnya pada saat panen tiba hanya menjual kepada pengepul kecil di pasar tradisional (bukan masyarakat) dengan kebutuhan daging dan telur terbanyak atau terbesar. Kurangnya riset pasar atau pencarian keinginan terbanyak masyarakat dapat menjadikan peternak sebagai 'kambing hitam' dengan alasan harga ayam sedang jatuh. Bagaimana mungkin harga jatuh sementara kebutuhan ayam selalu tinggi? Statistik data kebutuhan daging masyarakat Indonesia sudah tertera jelas bahwa ada peningkatan sekitar 16% dari total kebutuhan tahun lalu sebesar 11% untuk awal tahun 2013 saja (Deptan). Banyak masyarakat beralih dari daging sapi dengan harga mahal ke daging ayam terutama ayam kampung. Jadi riset pasar berarti mencari siapa dari produk ternak dapat dipasarkan dan mampu menampung dengan harga layak. Tujuan riset pasar sebenarnya adalah mengetahui jenis produk ternak apa yang paling banyak dicari dan siapa saja pengepul besar mampu menampung produk tersebut dengan harga standar.

Tidak Ada Target Penjualan

Sudah sering kami menulis bahwa kesalahan besar jika seorang peternak tidak mempunyai target pasar atau target penjualan produk. Saat ayam sudah menginjak waktu panen (usia 3-4 bulan) untuk penghasil daging atau karkas (ayam kampung asli) maka kebutuhan pakan akan semakin besar dan mahal. Memang benar ayam akan lebih mahal jika dipelihara lebih lama, namun jika kita berpedoman pada kontinyu atau sifat ternak berjalan terus dan memperbarui dari DOC lagi maka kita akan mengeluarkan modal lagi sebelum koloni sebelumnya terjual. Jadi pastikan kemana produk ternak kita dipasarkan.

Tidak Berwawasan Luas

Seperti sudah kami singgung pada riset pasar bahwa kebutuhan daging dan telur seperti ayam jawa asli masih besar perlu adanya wawasan khusus untuk mengetahui perkembangan pasar tentang daya beli, minat, dan nominal produk. Dengan anda selalu bertanya ke sesama penjual, sesama peternak dan sesama pecinta ayam kampung asli, jalan anda memasarkan produk akan semakin besar.

Tips

Sekali lagi kami tekankan bahwa setiap peternak mempunyai segmen atau tempat pemasaran sendiri-sendiri. Ini dikarenakan setiap peternakan dan peternak sudah memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk tips dari kami juga untuk pribadi penulis bahwa pasar kita tentukan sendiri baik itu skala kecil atau skala besar. Asal manajemen dan tata cara budidaya ayam kampung asli terstuktur, terjalin dan terprogram dengan baik. Saya berani jamin jika kebutuhan daging dan telur di daerah masing-masing selalu kekurangan stok. Jadi pastikan untuk mencari pembeli baru untuk pemasaran atau kita lebih aktif mencari dengan "blusukkan" (bahasa jawa) ke pasar, produsen jamu, minimarket, perumahan, resto, maupun tempat-tempat lain dengan kebutuhan ayam kampung asli terbesar dan terbanyak. Ini ceritaku, mana ceritamu? Salam sukses ya!
Tag : Ternak ayam
0 Komentar untuk "Alasan ayam kampung tidak laku di pasaran"

Back To Top