Kisah Berkarya Di Tanah Air Dari Insinyur Jadi Pedagang
Januari tahun 70 pulang ke tanah air bersama isteri dan anak dalam kandungan. Di bandara internasional Kemayoran kami dijemput kakak Wasia (Siot) dan suaminya Roesbani seorang perwira polisi yang bertugas di Bandung. Karena punya ijazah sekolah pertambangan, saya langsung jalan cari pekerjaan di Permina, Inco dan Aneka Tambang, tetapi tidak langsung dapat penempatan, sedangkan kebutuhan sudah mendesak untuk punya rumah menyambut anak. Mujurlah, mantan bawahan mertua mengatur saya direkrut oleh Mitsui & Co., Ltd untuk jadi staf lokal di Bagian Plant Machinery. Cita cita berkarier sebagai insinyur pertambangan dengan helm dan dinamit di tambang bawah tanah, tidak terjadi, berganti kemeja putih dan dasi.
Jalan hidup berbelok menjadi pelaku bisnis atau businessman berlevel internasional. Pekerjaan meliputi pengumpulan informasi, pemilihan sumber teknologi, pembuatan penawaran, negosiasi, pengaturan pembiayaan (financing), penentuan kontraktor, sampai pengaturan pelatihan operator pabrik dan pembentukan perusahaan joint venture antara Jepang dan Indonesia. Siapapun atau apapun pangkatnya seorang hanya satu sekerup kecil dari suatu mesin bisnis raksasa. Memakan saraf karena proses sangat kompleks karena harus mengenal watak para bos, dan tidak kenal waktu. Ada hiru no bu atau bagian siang, dan ada yoru no bu atau bagian malam untuk entertain pelanggan. Sabtu Minggu juga harus masuk jika diperlukan. Gaji lumayan besar, dan tidak sampai setengah tahun dikasih mobil dengan sopir.
Penguasaan dan penggunaan bahasa Jepang merupakan keharusan, khususnya dalam membuat laporan ke kantor pusat di Tokyo melalui telex. Isi harus padat dalam istilah bisnis yang to the point, dan yang paling penting apa rekomendasi untuk langkah selanjutnya. Kemampuan saya menerjemahkan artikel daribahasa Jepang ke bahasa Inggeris yang diperoleh selama kerja paroh waktu mendapat tempat. Tahun berikut saya diminta merekrut kawan, dan Syafei Arif yang waktu itu bekerja untuk suatu perusahaan tambang saya tarik. Seorang teman sekota Max Pakasi yang mengambil jurusan pertambangan di Australia masuk di departemen yang sama. Team kami paling kompak dan sering mendapat pujian. Departemen kami sukses menjual pabrik pupuk kepada PUSRI, jual 10 unit tanker kepada Pertamina, kapal kargo belasan unit kepada Gesuri Lloyd, pabrik semen Nusantara di Cilacap, pabrik ban Bridgestone, pabrik tekstil dan pabrik seng serta instalasi minyak Jatibarang dan lain lain.
Namun, setelah hampir 5 tahun tidak ada tanda tanda kenaikan pangkat, dan tidak ada seorangpun bisa menjamin bahwa local staff bisa jadi manager, apalagi jadi direktur, maka saya putuskan untuk hengkang. “I will never become second class citizen in my own country”, begitu saya nyatakan kepada sang kepala cabang yang mencoba menahan saya. Itu akhir 1974, dan saya sudah merasa sebagai professional. Empat tahun lebih digojlok secara intens di Mitsui membuat cakrawala yang luas untuk membentuk ambisi. Kebetulan ada suatu investment bank multinational yang baru dibentuk yang memerlukan credit analyst.
Tag :
motivasi
0 Komentar untuk "Kisah Berkarya Di Tanah Air Dari Insinyur Jadi Pedagang "