PERGAULAN PENDIDIKAN
A.Perlunya sebagai Tempat Fenomena Pendidikan atau Situasi Pendidikan
Manusia sebagai makhluk social. Manusia adalah makhluk social. Di dalam pergaulan tersebut tiap orang melakukan tindakan-tindakan social tertentu, sehingga terjadi saling pengaruh mempengaruhi antara manusia yang satu terhadap manusia lainnya.
Jenis pergaulan.
Berdasarkan pelakunya, pergaulan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ;
a. Pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa.
b. Pergaulan antara orang dewasa dengan anak (orang yang belum dewasa)
c. Pergaulan antara anak dengan anak.
Situasi pergaulan.
Dalam seiap jenis pergaulan terkandung suatu situasi tertentu, yaitu suatu keadaan yang mempunyai bentuk dan tujuan tertentudari pergaulan yang bersangkutan. Dari pengalaman hidup sehari-hari dapat disimpulkan dua macam situasi yaitu :
a. Situasi pergaulan biasa atau situasi pergaulan bukan pendidikan.
b. Situasi pendidikan.
Fenomena pendidikan berada di dalam pergaulan. Semua pergaulan termasuk fenomena pendidikan (situasi pendidikan) akan tetapi fenomena pendidikan (situasi pendidikan) hakikatnya berada di dalam pergaulan
B. Fenomena Pendidikan Berlangsung dalam Pergaulan Orang Dewasa dengan Anak.
Menurut M.J. Langeveld (1980:20) bahwa “lingkungan tempat kita melihat fenomena pendidikan terlaksana terdapat dalam pergaulan orang dewasa dengan anak”. Maka, pendidikan atau kegiatan mendidik hanya akan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (orang yang belum dewasa).
C. Sifat-sifat Pergaulan Pendidikan.
Tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dengan anak mengandung situasi pendidikan, sehingga dengan demikian tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dengan anak dapat tergolong kedalam pendidikan.
Pengaruh orang dewasa kepada anak dikatakan mendidik hanya jika tindakan atau pengaruh itu diberikan secara sengaja dan bersifat positif. Artinya, bahwa pengaruh itu secara disadari diciptakan atau diberikan oleh orang dewasa kepada anak; selain itu bahwa isi tindakan atau pengaruhnya itu bersifat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri atau terarah kepada pencapaian kedewasaan. Sejalan dengan pernyataan ini M.J. Langeveld (1980:20-21) mengemukakan adanya dua sifat pergaulan dalam rangka pendidikan, yaitu:
a. Bahwa dalam pergaulan berusaha mempengaruhi
b. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditunjukan kepada anak agar mencapai kedewasaan.
D. Kemungkinan dan Sifat Perubahan Situasi Pergaulan Biasa Menjadi Situasi Pendidikan.
Situasi pergaulan biasa pada saat tertentu dapat diubah menjadi situasi pendidikan. Sebaliknya, pada saat tertentu pula situasi pendidikan dapat berubah menjadi situasi pergaulan biasa. “Pergaulan itu seakan-akan disediakan untuk memungkinkan munculnya gejala pendidikan dan … yang setiap waktu pula bersedia “menyimpan kembali” gejala pendidikan itu” (M.J. Langeveld. 1980:29).
1. Sifat yang harus dipenuhi dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi pergaulan pendidikan. Menurut M.J. Langeveld (1980:30-31) ada dua sifat yang harus diperhatikan apabila pendidik akan mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan, yaitu :
a. Kewajaran (wajar)
Perlunya kewajaran dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan hendaknya dilakukan secara wajar sehingga tidak tampak jelas dan tidak dirasakan kesengajaannya oleh anak didik, walaupun sesungguhnya pengubahan situasi pergaulan itu secara sengaja diciptakan oleh pendidik. Dalam keadaan seperti ini anak biasanya hampir tidak menyadari bahwa situasi pergaulan yang sedang berlangsung telah berubah menjadi situasi pendidikan, sehingga dengan demikian anak menerima pengaruh pendidik secara wajar pula.
b.Ketegasan (tegas)
Perlunya ketegasan dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan. Tegas disini maksudnya harus menunjukan kejelasan perbedaan antara pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan perbuatan yan benar atau baik dengan yang salah atau tidak baik.
2. Kepercayaan sebagai syarat teknik pendidikan. M.J. Langeveld (1980:33) menyatakan bahwa “perhubungan yang berdasarkan percaya mempercayai merupakan syarat teknik bagi pendidikan”.
3. Lingkungan pendidikan.Secara umum lingkungan pendidikan dibedakan kedalam 3 jenis yaitu ;
a. Lingkungan pendidikan informal (Keluarga)
b. Lingkungan pendidikan formal (Sekolah)
c. Lingkungan pendidikan nonformal (Masyarakat) Sifat pendidikan. Pergaulan pendidikan yang tujuan, isi, mode, dan alat pendidikannya tidak sesuai dengan kodrat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan tidak dapat disebut sebagai pendidikan. Oleh sebab itu dinyatakan bahwa pendidikan bersifat normatif. Selain itu, bahwa dalam rangka bertindak di dalam pergaulan pendidikan, pendidik harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek pribadi anak didik. Pendidik juga harus mempertimbankan bahwa anak didik bukan hanya tumbuh dan berkembang sehingga memiliki kecenderungan untuk menjadi “besar”, melainkan juga “ketidakmampuan dan ketergantungannya” yang menuntut asuhan, bimbingan, pengajaran dari pendidik. Selain itu, pendidik pun harus sadar bahwa anak didik pada dasarnya memiliki kebebasan dan keinginan untuk menjadi dirinya sendiri. Semua itu harus diperhatikan sebab, “pergaulan yang tidak menghormati keanakan itu menunjukan kekurangan dan ketidaksempurnaan pedagogis
Tag :
motivasi
0 Komentar untuk "PERGAULAN PENDIDIKAN "