Jenis – jenis puisi



Jenis – jenis puisi 

Berdasarkan kemunculannya dapat dibagi 2 kategori, yaitu : 

a. puisi lama 

Puisi lama adalah puisi yang masih sangat terikat bentuknya, puisi yang masih memperhatikan jumlah baris, bait, dan persajakannya. Yang termasuk puisi lama, misalnya mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan syair. Termasuk dalam kategori di sini adalah distichon, terzina, quatrain, quint, sextet, septima, stanza atau oktaf, serta soneta. 


Perhatikan pantun berikut: 

Burung merpati bertengger di pagar 

Bercericau menyanyi lagu merdu 

Menjadi anak mesti belajar 

Agar kelak beroleh ilmu 

b. puisi baru 

Puisi baru adalah puisi yang masih memperhatikan adanya persajakan, namun tidak seketat puisi lama. Kadang jumlah suku kata, kata, bait, baris, maupun persajakan masih diperhatikan. Namun, sekali lagi tidak seketat puisi lama. Atau, aturan keterikatan itu tidaklah terlalu dominan. 

Perhatikan puisi “Solitude” karya Sutardji Calzoum Bachri berikut: 



Solitude 

Yang paling mawar 

Yang paling duri 

Yang paling sayap 

Yang paling bumi 

Yang paling pisau 

Yang paling risau 

Yang paling nacap 

Yang paling dekap 



Samping yang paling 

Kau! 

. Membaca Puisi 

Hal-hal yang perlu diperhatkan dalam membaca puisi adalah lafal, intonasi, dan ekspresi. Lafal adalah kejelasan atas pengucapan suku kata, kata, atau kalimat. Lafal dapat disebut juga dengan artikulasi. Intonasi adalah tekanan atas kata atau kalimat dari teks puisi yang hendak dibacakan. Intonasi dapat dicapai melalui volume, nada, dan tempo. Ekspresi adalah bagaimana secara keseluruhan puisi disampaikan kepada publik. Ekspresi dicapai melalui lafal, intonasi, mimik, dan gesture atau gerak tubuh.

Related Post:

0 Komentar untuk " Jenis – jenis puisi"

Back To Top