Alur dan Pengaluran


a. Alur dan Pengaluran 

Alur ialah peralihan dari satu keadaan ke keaadan yang lain (Luxemburg, 1986 :150).Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat (Saad dalam Lukman Ali, 1967: 120). Lebih lanjut Saad mengemukakan bahwa alur cerita memiliki bagian-bagian: awal, tikaian, rumitan, puncak, leraian, dan akhir cerita. Alur tersebut di atas oleh Prihatmi (1987) disederhana-kan menjadi awalan, rumitan, klimaks, leraian, dan selesaian. 

Akhir cerita ada dua yaitu tertutup dan terbuka. Disebut tertutup jika keputusan terhadap sesuatu sudah ditunjukkan oleh sang pengarang. Disebut terbuka jika akhir cerita diserahkan kepada pembaca, terserah bagaimana imajinasi pembaca menangkap kemungkinan yang ada (Sudjiman, 1988: 34). 

Pengaluran adalah cara menampilkan alur. 

Menurut urutan waktu (Prihatmi, 1987: 79) dibedakan antara alur lurus dan alur tak lurus. Alur lurus merupakan alur yang kronologis. Alur tak lurus yaitu alur yang urutan waktunya tak kronologis. Menurut kualitasnya, alur dibedakan menjadi rapat dan renggang/ degresi. Disebut rapat jika keterkaitan jalan cerita sangat erat. Disebut alur longgar jika terjadi percabangan cerita. Dari segi kuantitas/jumlah, dibedakan alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal jika jumlah alur hanya satu. Alur ganda jika jumlah alur lebih dari satu. Alur rapat berkaitan dengan alur tunggal. Alur renggang berkaitan dengan alur ganda. 

b. Latar dan Pelataran 

Latar adalah segala petunjuk, keterangan, acuan yang berkait dengan waktu, ruang, suasana terjadinya peristiwa. Hudson (via Sudjiman, 1990: 44, 48). membedakannya menjadi latar sosial dan latar material. 

Latar sosial ialah gambaran keadaan masyarakat, adat-istiadat, cara hidup, termasuk bahasa. Latar material adalah wujud suatu tempat secara fisik, misalnya bangunan atau nama daerah. Perlu dibedakan antara waktu cerita dan waktu penceritaan. Waktu cerita berhubungannya dengan latar, kapan terjadinya suatu peristiwa dalam cerita. Waktu penceritaan berkaitan dengan waktu/halaman yang dibutuhkan pengarang dalam menceritakan sesuatu (Sudjiman, 1988: 103-104). 

Pelataran adalah cara menampilkan latar. Jika pelukisan latar sesuai dengan kondisi psikologis tokoh, dinamakan latar serasi. Jika pelukisan latar tidak sesuai dengan kondisi psikologis tokoh dinamakan latar kontras (Sudjiman, 1988: 46). 

c. Pusat Pengisahan 

Menurut Wellek (1990: 292-294) pusat pengisahan adalah bagaimana pengarang menyampaikan ceritanya kepada pembaca. Menurut Sudjiman (1988: 78) antara sudut pandang (point of view) dan pusat pengisahan berbeda. Sudut Pandang bermula dari sudut pencerita dengan kisahannya. Pusat pengisahan bermula dari tokoh mana yang disoroti. Harry Shaw menyarankan bahwa point of view mencakup (via Sudjiman, 1988: 76): sudut pandang fisik, yaitu bagaimana pengarang memposisikan diri; dalam pendekatan materi cerita dari sisi waktu dan ruang; sudut pandang mental, bagaimana pengarang memposisikan dalam sisi perasan dan sikap; dan sudut pandang pribadi, bagaimana pilihan pengarang atas cara orang I, II, atau III; Masih oleh Shaw, dalam sudut pandang pribadi dijelaskan lebih lanjut, yaitu tokoh utama (author participant); tokoh bawahan (author observant); dan impersonal (author omniscient), pengarang sebagai pencerita serba tahu

Related Post:

0 Komentar untuk " Alur dan Pengaluran "

Back To Top