Inseminasi buatan

Sapi betina yang telah dewasa kelamin dan siap kawin secara alam atau kawin buatan berumur 32 bulan. Setelah sapi menunjukkan gejala birahi maka sapi tersebut telah siap untuk di inseminasi. Faktor terpenting dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan waktu pemasukan semen pada puncak kesuburan ternak betina. Kesuburan ternak betina terjadi pada waktu menjelang ovulasi, yaitu 18 jam sesudah birahi. Waktu terjadinya ovulasi selalu terkait dengan periode birahi. Pada umumnya ovulasi berlangsung sesudah akhir periode birahi yang ditandai dengan keluar lendir yang tidak terputus-putus dan sangat kental dari vulva sapi betina, pada saat inilah waktu proses inseminasi tepat untuk dilakukan, biasanya 8 sampai 9 jam dari masa birahi, yang dikarenakan pada saat tersebut servik mulai terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar. Inseminasi Buatan pada sapi
Pelaksanaan inseminasi buatan di UPTD selama KKP dilakukan terhadap tiga ekor sapi, sapi yang telah di inseminasi tidak dilepas kedalam kelompok, agar tidak terjadi birahi kembali. Dalam hal ini dilakukan pengamatan yaitu dua sapi yang telah diinseminasi tidak dilepas kedalam kelompok untuk menjaga agar sapi tidak mengalami birahi kembali dan mengeluarkan lendir bersama spermatozoa yang telah diinjeksi. Sedangkan satu ekor sapi yang telah diinseminasi dilepaskan kedalam kelompok dan sapi tersebut mengalami birahi kembali dan dilakukan inseminasi kembali setelah 9 jam kemudian. Inseminasi dapat dilakukan setelah 9 sampai 18 jam dari masa birahi tetapi sedikit mengalami kesulitan dikarenakan servik mulai tertutup, dan sesudah 18 jam maka servik akan tertutup semua sehingga sulit ditembus gun. Tahapan inseminasi buatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar. Skema Urutan Pelaksanaan teknik IB pada Sapi .
          Menurut Hafez (1993) Inseminasi Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoa. Potensi yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, terutama yang unggul, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina.
Pelaksanaan IB di UPTD saat KKP, inseminator akan mengenjeksi semen ke dalam cincin keempat, seperti skema pada gambar 4.5, untuk memperoleh hasil IB yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Senger (2003) menyatakan Inseminasi lebih baik dilakukan di cornual. Dari gambar 4.6 dilakukan pengenjeksian semen dengan dua cara, yaitu diinjeksi pada bagian servik dan diinjeksi pada bagian cornua. Volume inseminasi pada kedua gambar tersebut adalah 0,5 ml. Inseminasi cornual mengurangi kemungkinan kehilangan spermatozoa yang terjadi di servik.
(a)                           (b)               (c)
Gambar 4.6. Teknik IB dan hasil radiografi Sapi Betina (Senger, 2003), (a) palpasi rektal sapi betina, (b) pengenjeksian yang dilakukan di servik, (c) pengenjeksian yang dilakukan di cornua. Rul = uterus kanan ; LUL = uterus kiri; RO= ovarium kanan ; S = Spermatozoa; AIS = insemination gun; CX = serviks.
Keuntungan inseminasi buatan (IB) yaitu untuk menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik. mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina, dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati, menghindari kecelakaan yang
sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, dan menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian inseminasi buatan (IB) yaitu apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi kebuntingan, akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed/ turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil. bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama, dan dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (Soebadi, 1980).
Tag : Peternakan
0 Komentar untuk "Inseminasi buatan"

Back To Top