Teknik Budidaya Tanaman Ubi Kayu

Teknik Budidaya Tanaman Ubi Kayu

A. Asal Nama Tanaman Ubi kayu

Ubi kayu atau ubi kayu merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari Benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India dan Tiongkok. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ubi kayu berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya.

Nama lain untuk tanaman ubi kayu sangat beragam diseluruh Indonesia. Diantaranya, ketila, keutila ubi kayee (Aceh), ubi parancih (minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistungkel (Ambon), huwi dangdeur, huwi jendral, Kasapen, sampeu, ubi kayu (Sunda), bolet, kasawe, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral, katela kaspe, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral, katela kaspe, katela mantri, katela marikan, katela menyog, katela poung, katela prasman, katela sabekong, katela sarmunah, katela tapah, katela cengkol, ubi kayu, tela pohung (Jawa), Blandong, manggala menyok, puhung, pohung, sabhrang balandha, sawe, sawi, tela balandha, tengsag (Madura), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorontalo, Baree, Padu), Lame kayu (Makasar), lame aju (Bugis Majene), kasibi (Ternate, Tidore). 
 
B. Informasi umum mengenai Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets. Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir.

Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain.

Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand. Namun, pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam.

Klasifikasi Ubi Kayu

Dalam sistematika tanaman, ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies, beberapa diantaranya mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euohorbia spp). Klasifikasi tanaman ubi kayu sebagai berikut :

Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Arhichlamydeae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Sub Famili : Manihotae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz


Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain M. utilissima dan M. alpi. Semua Genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brazil merupakan pusat asal dan sekaligus sebagai pusat keragaman ubi kayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering.

Tanaman ubi kayu tumbuh di daerah antara 300 lintang selatan dan 300 lintang utara, yaitu daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 180C dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun

Namun demikian, tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada ketinggian 2.000 m dpl atau di daerah sub-tropika dengan suhu rata-rata 160C. Di ketinggian tempat sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji.

Sentra Produksi Ubi Kayu di Indonesia.

Produksi Ubi kayu tahun 2005 sebesar 19.5 juta ton dengan areal seluas 1.24 juta ha. Provinsi Lampung adalah daerah penghasil ubi kayu terbesar (24%), diikuti Jawa Timur (20%), Jawa Tengah (19%), Jawa Barat (11%), Nusa Tenggara Timur (4.5 %), dan DI Yogyakarta (4.2%) 
 
Jenis dan Varietas Unggul

Ubi kayu atau ubi kayu dapat dikelompokkam menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioca dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (< 50 mg per Kg umbi basah). Sementara itu, umbi ubi kayu untuk bahan baku industri sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dan kandungan HCN yang tinggi.

Varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam, antara lain Adira 1, Adira 4, Adira 2, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5. Sementara itu beberapa varietas ubi kayu dan keunggulannya

C. Kondisi Lingkungan untuk Pertumbuhan

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah 100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh optimal.

D. Perbanyakan Tanaman

Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang dianjurkan sebagai berikut :

- stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu

- Panjang 15-20 cm

- Diameter 2-3 cm

- Tanpa Penyimpanan

E. Penanaman

Ubi kayu adalah tanaman yang memiliki adaptasi sangat luas sehingga sering disebut sebagai tanaman pioneer. Penanaman ubi kayu dilakukan pada awal musim kemarau sehingga dapat dipanen pada awal musim hujan. Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penanaman ubi kayu.

1. Pemilihan bibit

Benih tanaman berupa setek batang berukuran 20-30 cm. Setek yang terbaik berasal dari bagian tengah batang tanaman yang telah berumur lebih dari 8 bulan. Ujung setek bagian bawah dipotong miring 450. Pemotongan ini dimaksudkan untuk memperluas daerah perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam. Jika batang ditanam terbalik, hasil umbi akan sangat rendah. Kebutuhan bibit per ha sekitar 10.000 setek.

Dalam pembibitan tradisional, satu batang ubi kayu hanya diperoleh 10-20 setek, sehingga luas areal pembibitan harus tersedia 20% dari luas areal yang akan ditanami ubi kayu. Rapid multiplication menggunakan setek pendek dengan 2-3 mata tunas, sehingga dari satu batang ubi kayu dapat dihasilkan 100-200 kali lebih banyak dibandingkan dengan pembibitan secara tradisional. Langkah penyelenggaraan rapid multiplicatin yaitu (a) penyemaian bibit, (b) pemindahan bibit, (c) pemeliharan, dan (d) panen.

2. Penyemaian bibit

Metode untuk penyemaian bibit tanaman ubi kayu terdira dari beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.

- potong batang ubi kayu varietas unggul menjadi satu, dua, atau tiga mata tunas.

- Siapkan media persemaian berupa bak plastik yang diisi air, tanpa diberi pupuk atau bahan kimia lain. Ketinggian air sekitar 0,5 cm dari dasar bak plastik.

- Di atas permukaan air, hamparkan kertas koran. Kertas ini sebaiknya disangga dengan anyaman bambu atau penyangga lain agar tidak tenggelam. Kertas harus dipertahankan dalam keadaan basah selama 7-14 hari.

- Letakan setek yang akan disemai di atas kertas koran yang basah tersebut dengan posisi vertikal.

3. Pemindahan Bibit

Setelah persemaian berumur 10-14 hari, pindahkan bibit ke lahan pembibitan yang telah diolah. Pada saat penanaman bibit, tanah harus dalam keadaan kapasitas lapang. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 x 80 cm. Dalam keadaan cuaca optimal, khususnya kelembaban tanah yang cukup baik, stek dengan 2-3 mata tunas dapat langsung ditanam tanpa melalui persemaian.

4. Pemeliharaan Pembibitan

Pemeliharaan bibit meliputi pemupukan, pengendalian gulma, serat pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemupukan kebun bibit dianjurkan sejumlah 150-200 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha. Pupuk diberikan secara bertahap, yaitu 50% urea, seluruh SP36 dan KCl pada saat bibit berumur 2 minggu dan 50% urea pada umur 12 minggu.

5. Pemanenan Bibit

Penen dilakukan saat tanaman berumur 7-12 bulan. Potonglah batang sekitar 10 cm dari pangkal batang. Buang batang bagian pucuk yang belum berkayu. Kumpulkan 10-20 batang dan ikatlah ujung bawah dan ujung atasnya. Selanjutnya simpan di tempat yang terlindung. Ikatan hendaknya diletakkan tegak lurus dan jangan ’ditidurkan’ untuk mencegah tuna-tunas tumbuh selama masa penyimpanan. Bibit yang disimpan sebaiknya sepanjang mungkin (minimum 1,5 meter) agar tidak tidak mudah mengering. Sebaiknya ujung-ujung potongan batang diberi ter atau lilin agar tidak cepat kering. Panen dilakukan saat bibit akan ditanam atau maksimal 1 bulan sebelum bibit ditanam.

F. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.

G. Cara tanam

Jika dimaksudkan untuk diambil umbinya, penanaman setek dilakukan secara vertikal berjarak 100 cm antar setek. Namun, jika dimaksudkan untuk diambil daunnya, setek dapat ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari setiap buku. Anjuran cara tanam sebagai berikut :

- Pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata

- Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Jangan terbalik, pemotongan ujung stek meruncing, membantu agar stek tidak ditanam terbalik.

- Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini akan menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan ditranslokasikan ke tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara maksimal pula.

H. Penanaman dan Penyulaman

Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat ditanam setiap waktu.

Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak, yakni sebagian besar pada wala musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen yang serentak pula, sehingga harga ubi kayu menjadi relatif murah dan terjadi ketidak sinambungan suplai bahan baku ke pabrik bioetanol. Masalah ini dapat diatasi dengan menunda umur panen karena kadar pati dalam ubi kayu tidak menurun meski panen ditunda beberapa bulan setelah fase kadar pati optimal. Bahkan, hasil pati meningkat karena bobot ubi cenderung meningkat dengan bertambahnya umur tanaman sehingga menguntungkan petani.

Penerapannnya dapat dilakukan dengan cara mengatur setiap wilayah dengan menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7-9 bulan), sedang (8-11 bulan), dan dalam (10-12 bulan). Dengan pengaturan ini, pabrik bioetanol akan menerima suplai ubi kayu secar teratur. Petani tidak akan menderita karena harga yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan mengatur suatu wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok oktober, kelompok November, kelompok Desember, kelompok Januari, Kelompok Februari, dan seterusnya.

Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1-3 minggu. Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulam akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman sekitarnya. Sediakan bibit khusus untuk sulam yang ditanam di pinggir atau tepi kebun.

I. Pengendalian gulma

Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Penelitian menunjukkan kompetisi dengan gulma menurunkan produktivitas ubi kayu hingga 7,5%. Berikut adalah waktu yang tepat untuk pengendalian gulma yaitu :

- Tiga bulan pertama, hal ini disebabkan pertumbuhan gulma yang lebat, karena tanah di antara tanaman belum tertutup sempurna oleh kanopi

- Di saat panen, dengan tujuan menurunkan kesulitan panen, sehingga kehilangan hasil dapat dicegah dan mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada musim tanam berikutnya.

J. Pemupukan

Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hara terbawa panenuntuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 Kg N, 2,24 P2O5, dan 9,32 Kg K2O/ha/musim atau pada tingkat hasil 30 ton/ha sebesar 147,6 Kg N, 47,4 Kg P2O5, dan 179,4 Kg K2O/ha/musim. Hara tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara, Sehingga kesuburan hara menurun dan produksi dan produksi ubi kayu akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :

- Pupuk Organik : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam

- Urea : 150 – 200 Kg/ha

- SP36 : 100 Kg/ha

- KCl : 100 – 150 Kg/ha

Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, berikan pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat.

K. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90% untuk varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua penyakit ini.

Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53%, tergantung umur tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca. Serangan tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95%. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.

Untuk pengendalian tungau merah sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang.

L. Panen

Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar :
Buanglah batang – batang ubi kayu terlebih dahulu.
Tinggalkan pangkal batang ­+ 10 cm untuk memudahkan pencabutan
Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.
Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian angkatlah perlahan – lahan ke atas.
Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "Teknik Budidaya Tanaman Ubi Kayu "

Back To Top