TANAM DAN POLA TANAM

TANAM DAN POLA TANAM 

1 Pendahuluan 

Pola tanam tumpangsari ( Intercropping ) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama (Suryanto, 1995). Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik - baiknya agar diperoleh produksi maksimal (Jumin, 1991). Sistem penanaman ini dimaksudkan agar diperoleh hasil panen yang maksimal. 

Tumpangsari sebagai usaha intensifikasi ruang dan waktu banyak dilakukan terutama pada pertanian berlahan sempit dan lingkungan kering/tadah hujan. Sebagai suatu sistem produksi, tumpangsari digunakan karena mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja, menekan serangan hama, penyakit, dan gulma, serta masih berpeluang mendapatkan hasil jika salah satu komponen tanaman gagal panen. Pemilihan pola tanam tumpangsari dalam budidaya tanaman disebabkan hasil total yang diperoleh persatuan luas lahan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam secara monokultur pada luas lahan dan tingkat pengelolaan yang sama. 

Dengan demikian, pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Melalui pengaturan pola tanam, berarti memanfaatkan dan memdaukan berbagai komponen yang tersedia yang meliputi : agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, teknik budidaya, dan sosial ekonomi. Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan ( terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan ketersediaan air ataupun curah hujan. 

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut : Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman ( umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpangsari beda umur seperti jagung, ketela pohon, dan padi gogo. Tumpang gilir ( Multiple cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor - faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh : jagung muda, padi gogo, kacang tanah, dan ubi kayu. 

PERTANYAAN

a. Selain mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja, tumpangsari juga mampu menekan serangan hama, penyakit, dan gulma. Jelaskan! 

b. Mengapa pemilihan jenis tanaman ( spesies ) dan vairetas harus diperhatikan dalam tumpangsari ? 

2. Tujuan 

Praktikum bertujuan untuk: 

1. Mahasiswa mengetahui, memahami serta mempraktekkan sistem tanam monokultur dan tumpangsari 

2. Mahasiswa membandingkan pola pertumbuhan tanaman pada sistem monokultur dan tumpangsari. 

3. Mahasiswa membandingkan produksi tanaman persatuan luasan pada sistem monokultur dan tumpangsari. 

3. Metode 

3.1 Pelaksana Praktikum 

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis 

3.2 Metode Pelaksanaan 

3.2.1 Perlakuan 

Monokultur : 

1. Jarak tanam 70 x 25 cm, 1 benih/lubang 

2. Jarak tanam 70 x 25 cm, 2 benih/lubang 

3. Jarak tanam 70 x 30 cm, 1 benih/lubang 

4. Jarak tanam 70 x 30 cm, 2 benih/lubang 

5. Jarak tanam 75 x 25 cm, 1 benih/lubang 

6. Jarak tanam 75 x 25 cm, 2 benih/lubang 

7. Jarak tanam 80 x 25 cm, 1 benih/lubang 

8. Jarak tanam 80 x 25 cm, 2 benih/lubang 

9. Jarak tanam 80 x 30 cm, 1 benih/lubang 

10. Jarak tanam 80 x 30 cm, 2 benih/lubang 



Tumpangsari

1. Jarak tanam 70 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung 

2. Jarak tanam 70 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai 

3. Jarak tanam 70 x 30 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung 

4. Jarak tanam 70 x 30 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai 

5. Jarak tanam 75 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung 

6. Jarak tanam 75 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai 

7. Jarak tanam 80 x 25 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung 

8. Jarak tanam 80 x 25 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai 

9. Jarak tanam 80 x 30 cm, 1 benih/lubang tumpangsari dengan kangkung 

10. Jarak tanam 80 x 30 cm, 2 benih/lubang tumpangsari dengan kedelai 

3.2.2 Persiapan media tanam 

Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur. 

3.2.3 Penanaman 

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam ditugal sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian ditutup dengan sedikit tanah . Jumlah benih per lubang sesuai dengan perlakuan ditambah satu, contoh: perlakuan 1 benih per lubang, maka yang ditanam adalah 2 benih per lubang. Perlakuan 2 benih per lubang, yang ditanam adalah 3 benih. Jarak tanam yang digunakan juga sesuai dengan perlakuan. 

Untuk sistem tanam tumpangsari jarak tanam kedelai adalah 40 x 20 cm sedangkan kangkung 20 x 20 cm. 

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman 

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit. 

1. Penjarangan 

Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, disisakan sesuai dengan perlakuan. 

2. Pemupukan 

a. Dosis pupuk : 

- Pupuk N (urea) : 100 kg ha-1 (1/3 dosis), 

- Pupuk P (SP-36) : 75 kg ha-1 

- Pupuk K (KCl) : 100 kg ha-1 

b. Pemupukan dilakukan 3 kali, pertama pada saat tanam yaitu 1/3 dosis N dan semua dosis P dan K, pemuoukan kedua pada umur 21 HST yaitu 1/3 dosis N dan pemupukan ketiga adalah 1/3 dosis N. 

3. Pengairan 

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila tanah telah lembab. Pengairan dilakukan 1 minggu sekali atau melihat kondisi tanah. Menjelang tanaman berbunga, kebutuhan air tanaman lebih banyak sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. 

4. Penyiangan 

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu dan merusak perakaran tanaman. 

5. Pembumbunan 

Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Pembubunan bertujuan untuk untuk memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas tanah serta memperbaiki aerasi tanah. 

6. Pengendalian Hama dan Penyakit 

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit yang ada. Apabila tingkat serangan hama ringan, pengendalian hama bisa dilakukan secara mekanik, namun bila tingkat serangan agak luas pengendalian hama menggunakan insektisida. Pada saat tanam, tanah ditaburi fungisida untuk mencegah pertumuhan jamur. 

5) Panen 

Pemanenan dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam. Jagung yang sudah dapat di panen mempunyai kenampakan kelobot yang sudah berwarna kuning, biji sudah cukup keras dan mengkilap, apabila biji di tusuk dengan kedua ibu jari maka biji tersebut tidak berbekas dan mempunyai kadar air biji sekitar 25 %. 

3.3 Pengamatan 

3.3.1 Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif 

- Variabel pengamatan antara lain: 

1. Jumlah daun 

2. Tinggi Tanaman 

- Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst 

- Interval pengamatan adalah 7 hari 

3.3.2 Pengamatan organ generatif 

- Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan variabel pengamatan antara lain: 

1. saat berbunga 

2. jumlah tongkol per tanaman 

3. bobot tongkol pertanaman 

4. Bobot segar tanaman sela produksi per ha
Tag : Pertanian
0 Komentar untuk "TANAM DAN POLA TANAM "

Back To Top