Sapi Tipe Potong
Sapi tipe potong adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan untuk
memproduksi daging dengan cepat, pembentukan karkas baik dengan
komposisi perbandingan protein dan lemak seimbang hingga umur tertentu.
Sapi potong pada umumnya mempunyai ciri-ciri :
• Bentuk tubuh yang lurus dan padat
• Dalam dan lebar,
• Badannya berbentuk segi empat dengan semua bagian badan penuh berisi daging.
Sapi-sapi yang termasuk dalam tipe sapi
potong diantaranya : Sapi Brahman, Sapi Ongole, Sapi Sumba Ongole (SO),
Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Brangus, Sapi Aberden Angus, Sapi
Santa Gartudis, Sapi Droughtmaster, Sapi Australian Commercial Cross,
Sapi Sahiwal Cross, Sapi Limosin, Sapi Simmental, Sapi Peranakan Ongole.
Sapi Brahman
Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos
indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama
adalah Kankrej (Guzerat), Nelore, Gir,dan Ongole. Sapi Brahman digunakan
sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar,
tanduk, telinga besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari
kepala ke dada. Sapi Brahman selama berabad-abad menerima kondisi
kekurangan pakan, serangan serangga, parasit, penyakit dan iklim yang
ekstrim.
Di India menjadikan sapi Brahman mampu beradaptasi dengan berbagai
lingkungan. Daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi eropa
karena memiliki lebih banyak kelenjar keringat, kulit berminyak di
seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Kharakteristik
Sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa antara 800 sd
1100 kg, sedang betina 500-700 kg. berat pedet yang baru lahir antara
30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompettif dengan
jenis sapi lainnya. Persentase karkas 48,6 s.d 54,2%, dan pertambahan
berat harian 0,83-1,5 kg. Sapi Brahman mempunyai sifat pemalu dan cerdas
serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini
suka menerima perlakuan halus dan dapat menjadi liar jika menerima
perlakuan kasar. Sapi Brahman warnanya bervariasi, dari abu-abu muda,
merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi
jantan warnanya lebih tua dari betina dan memeliki warna gelap didaerah
leher, bahu dan paha bawah.
Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka
dapat bertahan dari suhu 8-105 F, tanpa ganguan selera makan dan
produksi susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi eropa
dan dikenal dengan Brahman Cross (BX)
Sapi Ongole
Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di kabupaten Guntur,
propinsi Andra Pradesh. Sapi ini menyebar keseluruh dunia termasuk
Indonesia.
Karakteristik Sapi ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang,
dengan gelambir yang lebar yang longgar dan menggantung. Badannya
panjang sedangkan lehernya pendek. Kepala bagian depan lebar diantara
kedua mata.
Bentuk mata elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam.
Telingan agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan agak menjatuh. Tanduknya pendek
dan tumpul, tumbuh kedepan dan kebelakang. Pada pangkal tanduk tebal
dan tidak ada retakan. Warna yang populer adalah putih. Sapi jantan pada
kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna
hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar,
kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh.
Bobot sapi 600 kg pada sapi jantan dan 300-400 kg untuk sapi betina.
Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58% dengan perbandingan
daging tulang 3,23 : 1.
Sumba Ongole (SO)
Sapi ongole (Bos indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah
sapi di Indonesia. Sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India
ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba
Ongole.
Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal
jawa dan kemudian dikenal dengan peranakan ongole (PO). Sapi ongole dan
PO baik untuk mengolah lahan karena badan besar, kuat, jinak dan
bertemperamen tenang, tahan terhadap panas, dan mampu beradaptasi dengan
kondisi yang minim.
Sapi-sapi ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah
Hindia Belanda ke Pulau Sumba, pada awal abad ke 20, sekitar tahun
1906-1907. Dari empat jenis sapi, yang dimasukkan ke Sumba saat itu,
yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Ongole, ternyata hanya
sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan berkembang dengan
cepat, di pulau yang panjang musim kemaraunya ini. Sekitar tujuh atau
delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda
menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya
ini disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan, berikut
496 ekor sapi ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.
Dalam laporan tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (1989)
tercatat, pada tahun 1915, Pulau Sumba sudah mengekspor enam ekor bibit
sapi ongole pejantan. Empat tahun kemudian, pada 1919, ekspor sapi
ongole dari Pulau Sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929,
meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki
merek dagang, sapi Sumba Ongole (SO).
Perkembangan selanjutnya, Sumba kembali ditetapkan sebagai pusat
pembibitan sapi ongole murni di masa pemerintahan Presiden Soeharto,
melalui Undang-Undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun
1967. Sapi ongole memang menjadi ciri khas Pulau Sumba, terutama Sumba
Timur. Selain sapi, kekhasan lain Sumba Timur adalah padang rerumputan
(sabana). Bentangan sabana kering tampak bagaikan lautan menguning.
Kemarau panjang mencapai puncaknya di bulan Oktober. Kondisi alam yang
menantang ini menjadi rutinitas bagi sebagian penduduk di Pulau Sumba,
yang mengandalkan penghidupan mereka sebagai penggembala.
Sapi Hereford
Sapi ini turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat
jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah,
kecuali bagian muka, dada, perut bawah dan ekor berwarna putih. Bentuk
badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagaian sapi
bertanduk dan lainnya tidak.
Shorthorn
Sapi ini sama dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara Inggris.
Bobot sapi jantan 1100 kg dan sapi betina 850 kg. bulunya berbintik
merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus. Pertumbuhan
ototnya kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi kebanyakan tidak
bertanduk.
Brangus
Sapi Brangus merupakan persilangan sapi betina Brahman dan pejantan
Angus. Ciri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat
Brahman yang diwarisi brangus adalah adanya punuk, tahan udara panas,
tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang
mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan produktifi tas
dagingnya tinggi dan persentase karkasnya tinggi.
Aberden Angus
Sapi angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi
ini tidak memiliki tanduk umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil
karkas tinggi, sebagai penghasil daging dan tidak digunakan untuk
menghasilkan susu.
Anak sapi ukurannya kecil sehingga induk tidak banyak mengalami
banyak stres pada saat melahirkan pedet. Untuk memperbaiki genetik sapi
angus sering di kawin silangkan dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman.
Hasil persilangan disebut Brangus (Brahman Angus). Contoh gambar sapi
Angus jantan tertera pada gambar 11. Di Indonesia sapi angus di
perkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru di di beberapa tempat di
Jawa Tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang,
keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya
kompak. Sapi tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900
kg, sedangkan betina 700 kg. persentase karkas 60%, dengan mutu daging
sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam daging.
Santa Gertrudis
Sapi ini persilangan dari sapi jantan Brahman dengan sapi betina
Shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943
dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot.jantan rata-rata 900.kg
dan bobot betina 725.kg. Badan sapi besar dan padat, Seluruh tubuh
dipenuhi bulu pendek dan halus serta berwarna merah kecoklatan,
Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal, Kepala lebar, dahi agak
berlekuk dan mukanya lurus, Gelambir lebar berada di bawah leher dan
perut, Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi
jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa sapi
Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan
pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak.
Droughmaster
Merupakan persilangan antara betina Brahman dengan jantan Shorthorn,
dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di
Indonesia. Sifat Brahman lebih dominan, badannya besar dan otot padat.
Warna bulu merah coklat muda hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing
sapi betina terdapat bercak putih. Contoh gambar sapi Droughmaster .
Australian Commercial Cross (ACC)
Sapi Australian Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai sapi
bakalan pada usaha penggemukan sapi di Indonesia merupakan hasil
persilang- an sapi-sapi di Australia yang tidak diketahui dengan jelas
asal usul maupun proporsi darahnya. Dari beberapa informasi yang telah
ditelusuri, diketahui bahwa sapi ACC berasal dari peternakan sapi di
Australia Utara (Northern Territory).
Sapi ACC tersebut dapat berupa sapi Shorthorn Cross (SX), Brahman
Cross maupun sapi hasil persilangan sapi-sapi Australia yang cenderung
masih mempunyai darah Brahman (Ngadiyono, 1995). Meskipun demikian
pengamatan terhadap sapi-sapi bakalan ACC yang diimpor ke Indonesia
menunjukkan bahwa secara fenotipik, karakteristik fi sik sapi ACC lebih
mirip sapi Hereford dan Shorthorn yakni tubuh lebih pendek dan padat,
kepala besar, telinga kecil dan tidak menggantung, tidak mempunyai punuk
dan gelambir, kulit berbulu disekitar kepala, pola warna bervariasi
antara warna sapi Hereford dan Shorthorn (Hafi d, 1998).
Menurut Australian Meat and Livestock Corporation (1991), sapi ACC
merupakan campuran dari Bos Indicus (sapi Brahman) dan Bos Taurus (Sapi
British, Shorthorn dan Hereford), sehingga sapi ini mempunyai
karakteristik menguntungkan dari kedua bangsa tersebut, yaitu mudah
beradaptasi terhadap lingkungan sub optimal seperti Brahman dan
mempunyai pertumbuhan yang cepat seperti sapi British. Hafi d dan
Hasnudi (1998) telah membuktikan bahwa sapi bakalan ACC yang kurus jika
digemukkan singkat (60 hari) akan sangat menguntungkan sebab sapi ini
menghasilkan pertambahan bobot badan harian ±1.61 kg/hari dengan
konversi pakan 8.22 dibandingkan jika digemukkan lebih lama (90 atau 120
hari).
Beattie (1990), menyatakan bahwa Northern Territory, Kimberley dan
Quensland merupakan tempat pengembang an sapi ACC di Australia yang
memiliki sapisapi Eropa antara lain Shorthorn dan Hereford serta sapi
India (Zebu) yaitu sapi Brahman. Program ini telah menghasilkan beberapa
bangsa hasil persilangan seperti Santa Gertrudis, Braford, Droughmaster
dan sapi-sapi persilangan lain yang masih mempunyai darah Brahman.
Sapi Shorthorn berasal dari Inggris dan merupakan tipe daging dengan
bobot jantan dan betina dewasa masingmasing mencapai sekitar 1.000 kg
dan 750 kg (Pane, 1986). Sifat yang menonjol yaitu temperamen yang baik
dan pertumbuhan yang cepat pada pemeliharaan secara feedlot (Blakely dan
Bade, 1992).
Sapi Shorthorn dimasukkan ke Australia pada abad ke 19. Kemudian di
CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton disilangkan
dengan sapi Hereford dan menghasilkan sapi Hereford Shorthorn (HS)
dengan proporsi darah 50% Hereford dan 50% Shorthorn (Turner, 1977;
Vercoe dan Frisch, 1980).
Sapi Brahman Cross
Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara
komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan
sapi Hereford Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal
dengan nama Brahman Cross (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena
tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak, mampu beradaptasi terhadap
makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
Menurut Turner (1977) sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya
dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di
Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalah sapi American Brahman,
Hereford dan Shorthorn. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman,
25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara fi sik bentuk fenotif
sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi
darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas,
bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan pola warna kulit
sangat bervariasi mewarisi tetuanya.
Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat-sifat seperti: persentase
kelahiran 81.2%, (2) rataan bobot lahir 28.4 kg, bobot umur 13 bulan
mencapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg, (3) angka
mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5.2%, mortalitas sebelum
disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1.2%
dan mortalitas dewasa sebesar 0.6%, (4) daya tahan terhadap panas cukup
tinggi karena produksi panas basal rendah dengan pengeluaran panas yang
efektif, (5) ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta
(6) efi siensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan
persilangan Hereford Shorthorn (Turner, 1977).
Menurut Winks et al. (1979), jantan kebiri sapi BX di daerah tropik
Quensland secara normal performansnya di bawah bangsa sapi eropa. Pada
lingkungan beriklim sedang, steer sapi Hereford lebih cepat
pertumbuhannya dibandingkan sapi BX. Lebih lanjut dijelaskan, pada bobot
hidup fi nishing yang sama produksi karkas sapi BX lebih berat
dibandingkan sapi Frisian karena memiliki persentase karkas (dressing
percentage) yang lebih tinggi. Bobot karkas sapi Shorthorn terletak
antara sapi Brahman dan Hereford. Persentase karkas sapi Hereford lebih
rendah dibandingkan sapi BX dan lebih tinggi dibandingkan sapi Frisian.
Karkas sapi Frisian memiliki persentase tulang lebih tinggi dibanding
kan sapi Shorthorn dan BX. kadar lemak bervariasi mulai dari 4.2% sampai
11.2%, terendah pada sapi Frisian dan tertinggi pada Shorthorn.
Di Indonesia, sapi BX diimpor dari Australia sekitar tahun 1973 namun
penampilan yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Hasil
pengamatan di ladang ternak Sulawesi Selatan memperlihatkan:
• persentase beranak 40.91%,
• calf crop 42.54%,
• mortalitas pedet 5.93%,
• mortalitas induk 2.92%,
• bobot sapih umur 8-9 bulan 141.5 kg (jantan) dan 138.3 kg (betina),
• pertambahan bobot badan se-belum disapih sebesar 0.38 kg/hari (Hardjosubroto, 1984; Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 1986).
Sebagian besar sapi di Australia merupakan sapi American Brahman dan
Santa Gertrudis yang di impor dari Amerika. Persilangan antara kedua
bangsa sapi ini dengan sapi Zebu menghasilkan bangsa sapi yang sama
dengan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yakni Brangus dan
Braford. Persilangan lebih lanjut menghasilkan sapi Droughtmaster yang
merupakan hasil persilangan dengan komposisi darah 3/8-5/8 darah Zebu
utamanya American Brahman yang di impor dari Texas (Payne, 1970).
Sementara sapi Brangus mempunyai komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8
Brahman (Minish dan Fox, 1979).
Sapi Simmental
Sapi simental berasal dari Swiss, dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1806. Pemanfaatan sapi Simental untuk produksi
susu, mentega (butter), keju dan daging serta dimanfaatkan untuk hewan
penarik beban. Pada awal 1785
parlemen Swiss membatasi ekpor sapi Simental karena mereka kekurangan
sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kemudian sapi disebar pada 6
benua. Jumlah sapi Simental diperkirakan sekitar 60 juta ekor.
Pada tahun 1990 bulu sapi Simental berwarna kuning, merah dan putih.
Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi
hitam mempunyai harga yang lebih baik. Sapi Simental adalah jenis sapi
jinak dan mudah untuk dikelola, dan dikenal.
Sapi Limousin
Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di
Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1,1.kg. Contoh
sapi Limousine tertera pada gambar 15. Ukuran tubuhnya besar dan
panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah
mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut
kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak
melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.
dengan pola daging yang ekstrim. Sapi yang asli badannya besar dengan
tulang iga dangkal, tetapi akhir-akhir ini ukuran sedang lebih
disenangi. Sapi jantan beratnya 1000 sd 1400 kg, sedang betina 600-850
kg. masa produktif sapi betina antara 10-12 tahun.
Sapi Simental dikembangkan Indonesia tahun 1985 melalui semen beku
yang dikawinkan dengan sapi PO. Anak sapi yang berumur 2 bulan
pertumbuhannya pesat sekali. Sapi berumur 23 bulan dapat mencapai bobot
800 kg dan pada umur 2,5 tahun mencapai 1.100 kg. Di Jawa sapi Simental
dikawinkan dengan sapi Friesian Holstein, untuk mendapatkan sapi yang
performasinya lebih baik. Perkawinannya dilakukan dengan cara IB, dimana
semen yang di pilih sudah diketahui jenis kelaminnya. Anak simental
yang dikehendaki adalah yang jantan, karena jika betina produksi susunya
dan dagingnya kurang baik.
Sapi PO
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan persilangan antara sapi Ongole
dengan sapi-sapi lokal yg ada di Jawa dan Sumatera. Ponok dan gelambir
kelihatannya kecil atau tidak ada sama sekali. Warna bulu sangat
bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan.
Banyak terdapat di pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sapi Tipe Pekerja
Sapi-sapi yang di masukkan dalam kelompok sapi tipe pekerja pada umumnya
mempunyai tubuh yang besar, perototannya kuat, tulangnya kuat dan
besar serta tidak ada pelekatan lemak dibawah kulit. Mempunyai kulit
kuat dan tahan terhadap berbagai cuaca. Sapi-sapi asli dari Indonesia
pada umumnya termasuk dalam kelompok sapi tipe pekerja, sebagai contoh
sapi bali, sapi madura dan sapi grati.
Sapi Bali
Ditinjau dari sistematika ternak, sapi Bali masuk
familia Bovidae, Genus bos dan Sub-Genus Bovine. yang termasuk dalam
sub-genus tersebut adalah; Bibos gaurus, Bibos frontalis dan Bibos
sondaicus, sedang Williamson dan Payne menyatakan bahwa sapi Bali
(Bos-Bibos Banteng) yang spesies liarnya adalah banteng termasuk Famili
bovidae, Genus bos dan sub-genus bibos. Sapi Bali mempunyai ciri-ciri
khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa
berubah menjadi hitam. Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi
jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat
muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron
sebagai hasil produk testis. Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia,
yang didomestikasi dari spesies banteng (Bibos Banteng).
Tujuan
utama pemeliharaan digunakan sebagai penghasil daging, kerja penarik
bajak, dan kultur sosial lainnya. Sampai saat ini telah di distribusikan
pada 22 propinsi. Warna sapi jantan adalah merah kecoklatan, dengan
warna putih pada sekitas pantat. Sedangkan sapi betina kuning
kemerah-merahan sampai coklat dengan warna putih pada sekitas pantan dan
paha. Bentuk tanduk pada sapi jantan berbentuk U.
Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa ada tanda-tanda khusus yang harus
dipenuhi sebagai sapi Bali murni, yaitu warna putih pada bagian belakang
paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu
pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam) yang
jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling
edial disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan
tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok keatas,
kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar.
Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal yang disebut manggul gangsa
yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi arah
kebelakang sedikit melengkung kebawah dan pada ujungnya sedikit mengarah
kebawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam.
Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan sapi Bali (Bibos banteng), sapi
Ongole (Bos indicus) dan sapi Jawa (bos javanicus). Warna sapi merah
kecoklatan tanpa warna putih di pantat. Keseragaman jenis sapi telah
dikembangkan oleh orang madura. Secara umum tubuh kecil dan berkaki
pendek. Sapi jantan mempunyai punuk yang berkembang baik dan jelas,
sedangkan sapi betina tidak berpunuk. Sumber : Ensiklopedi Wikipedia,
2007.
Pada kepala terdapat tanduk kecil, melengkung ke depan dan melingkar
seperti bulan sabit. Bobot sapi jantan 300 kg dan sapi betina 250 kg.
berat pedet pada waktu lahir 12-18 kg. umur dewasa kelamin 20-24 bulan.
Pertambahan berat badan 0,25-0,6 kg per hari. Persentase karkas 48-63%
dan perbandingan daging tulang adalah 5,84 :1. Sapi Madura banyak
digunakan untuk lomba pacuan sapi yang dikenal dengan karapan sapi.
Tag :
Peternakan
0 Komentar untuk " JENIS JENIS SAPI DI DUNIA"